Doa
Tuhan
Hujan telah membasahi bumi
Dia membacakan kepada kami
Madah tentang sebuah kehidupan
Syair tentang hidup kami
Tentang peperangan, tentang pemberontakan
Tentang kekacauan dan bencana
Tapi siapa yang mampu
Menjelaskannya kepada kami?
Tuhan
Matahari kini sering ditutupi kabut
Kegelapan yang membaringkan raga kami
Di dalam kelemahan kami
Bersama kelembutan ia mendekap tubuh
Dengan amarah, dengan kebencian
Dengan kedengkian dan tipu muslihat
Tetapi siapa yang berani
Berani menggeser kabut itu
Lalu menarik kembali matahari
Supaya ia tidak jarang muncul
Tuhan
Guntur dan halilintar menggores telinga kami
Bersama suara yang membentak batin
Ia menyampaikan kekecewaannya
Karena bumi dan alam semesta
Hancur di tangan-tangan kecil kami
Karena kami memusnahkan sahabatnya
Tumbuhan dan pohon-pohon di alam rimba
Binatang-binatang buatan sang pencipta
Tetapi siapa yang rendah hati
Dan mau mendengarkan mereka?
Tuhan
Apakah boleh kami mengulurkan tangan
Duduk bersama mereka sebagai sahabat?
Tanpa Lilin
Meski ku tak mengenalmu
Harusnya ku mengabaikanmu
Saat bertemu denganmu
Saat hadirmu dalam hidupku
Bersamaan ku tak rasakan
Belenggu kehangatan hati
Yang kuterima hanya luka
Sehingga hatiku mati untukmu
Segala pengorbanan sia-sia
Setelah kau meninggalkanku
Membawa semua bahagia
Dan biarkan luka ini bersamaku
Kurelakan kau dengan dia
Yang pertama hadir di hatimu
Jagalah dirimu sayang
Aku mencintaimu tanpa lilin
Tak mungkin lagi
Akan kuulangi kisah ini
Tak akan pernah
Walau hanya untuk berharap
Simpan saja setiaku di hatimu
Untukmu
Dan lupakan aku selamanya.
Pos Kupang Minggu 4 Januari 2009,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar